Mengenai Malam & Mencuri Ciuman

The Stolen Kiss by French painter Jean Honore Fragonard



Mengenai Malam & Mencuri Ciuman

Konon malam diciptakan untuk tidur. Tapi saya tidak percaya. Contohnya saja di Jakarta, hingga jam segini masih banyak mobil dan motor berseliweran. Sebagian lain masih nongkrong di warung kopi, seperti saya. Sebagian yang lain terjepit di kemacetan jalanan. Sebagian kecil cukup beruntung bisa berkumpul dengan keluarga.

Macet jelas tidak produktif dan buang waktu, apalagi di waktu malam. Padahal malam adalah salah satu discovery manusia yang paling hebat. Dulu, konon, sehari itu lamanya cuma 12 jam. Yaitu dari muncul matahari hingga tenggelamnya lagi, selain itu gelap gulita. Hanya bisa untuk tidur, yang berarti tidak sadar. Dan apa apa yang tidak disadari, sama bagusnya dengan tidak ada. Itu sebelum manusia belajar bergaul dengan api tentunya.

Konon pula, manusia baru bisa menggunakan api 300 ribu tahun lalu. Dan artinya sejak saat itu, kita manusia punya tambahan 12 jam waktu untuk hidup. Saat itu lah kita men-discover waktu yang disebut malam, yang lantas kita jadi bisa beraktifitas, masih bisa ngapa-ngapain saat malam.

Sekarang malah kita punya banyak cara untuk menghabiskan malam. Contohnya saya, daripada terjebak macet mendingan minggir dan ngopi. Bagi saya kopi itu seperti ciuman, paling enak didapat dengan mencuri waktu, seperti sekarang ini.

Kawan saya, sebut saja si B beda lagi. Dia lebih suka medangan dan ngobrol dengan teman-temannya. Kawan yang lain, si M misalnya, lebih suka menghabiskan malam untuk mengunduh dari internet dan menyimpan yang diunduh ke dalam hard disk, kalau-kalau besoknya si S butuh dikirim file-file itu. Si T menyikapi malam dengan berbeda, dia selalu bangun jam 1 malam untuk bertahajud. Romo Y selalu menyempatkan diri bersembahyang sekitar jam 12 tengah malam.

Berbagai macam cara orang menjalani malam. Yang pasti, malam punya makna buat masing-masing orang. Nampaknya begini: siang adalah waktu untuk berkeringat dengan kehidupan, dan malam adalah waktu yang tepat untuk mengendapkannya, hingga lalu orang bisa memaknai kehidupannya itu. Karena tanpa makna, maka bahagia dan derita tak ada gunanya. Tak ada tujuannya.

Saya jadi ingat cerita Rumi, tentang seekor semut di masjid. Semut ini complain pada tuhan, kenapa ada karpet di lantai yang hanya jadi halangan buat dia berjalan, dan ngapain juga halangan ini berwarna warni. Tentunya si Pembuat Karpet melihatnya berbeda. Dia melihat karpet  dari atas. Terhampar indah dan menghangatkan lantai. Semua ada tujuannya. Semua ada maknanya.

Kopi habis, waktu melamun juga habis, mesti jalan lagi. Selamat malam, have a good night.

Komentar

Postingan Populer