Genealogy Ketuhanan Asia
Dari sekian banyak ide menulis, ada beberapa yang tampaknya saying kalua dibiarkan tidak tergarap begitu saja. Jadi aku piker mending pokok pikirannya di toreh dulu di batu virtual yang ngga akan pudar, ngga akan ilang.
Genealogy Ketuhanan Asia.
Yang menarik dari hal ini adalah ketuaannya, umurnya. Karena peradaban tertua yang kita kenal dan masih ada bekas-bekasnya terletak di Asia tepatnya di Mesopotamia sekitar lembah tigris. Itu sekitar 10,000 tahun sebelum masehi. Lalu ada Babilonia sekitar 3,000 tahun sebelum masehi di tempat yang nyaris sama. Bersamaan dengan itu munculnya peradaban Mohenjo Daro dan Harapa di India, pun sekitar 3000 tahun sebelum Masehi.
Peradaban barat yang layak kita perhitungkan baru muncul sekitar 500 tahun sebelum masehi. Kita mengenal Heraclitus, Hipocrates dan Phytagoras hingga Aristoteles dan Alexander Agung. Pusat peradaban dunia pada saat itu . Lalu sekejap menghilang kembali di sekitar tahun 300 Masehi bersama dengan kemunculan Roman Katolik dan jaman kegelapan.
Eropa berada di jaman kegelapan selama lebih dari seribu limaratus tahun hingga 1700 dengan munculnya Renaissance.
Timur tengah tiba-tiba muncul menjadi pusat peradaban dunia dari abad 8 hingga abad 17. Pewarisan dan pengembangan filsafat klasik Yunani dan spiritualitas Timur berkembang pada saat ini. Nusantara sendiri, di luar kontroversi pra sejarahnya, memasuki jaman sejarah sekitar tahun 400 masehi dan mengalami jaman puncak pada tahun 1400 - 1500 an dan lantas hancur bersamaan dengan kebangkitan Eropa di tahun 1700 an.
Sejarah kadang tampak seperti permainan zero sum game. Permainan dimana jika ada yang menang maka harus ada yang kalah. Permainan dimana total keseluruhan tetap saja 0. Jika sebuah bangsa menjadi maju, tampaknya bangsa lain mesti surut kebelakang. Namun benarkah begitu?
Lantas dimana kita bias melacak jejak-jejak Tuhan dari perjalanan sejarah itu? Tidaklah mungkin sebuah kebudayaan besar bisa berdiri tanpa konsep ketuhanan yang kuat pula. Walaupun saat ini muncul gerakan New Atheist yang mengklaim bahwa Tuhan tidak diperlukan dalam kebudayaan namun toh fakta sejarahnya tidak demikian. Mohenjo Daro dan Harapa tumbuh bersama dengan Hinduisme yang menjaga system sosialnya. Interaksi social yang diatur melalui system kasta dan kepercayaan terhadap reinkarnasi memastikan kebudayan ini hidup hingga ribuan tahun. Memberikan tatanan (order) dan rasa kepastian yang kuat hingga saat ini. Ketuhanan dengan prinsip monisme yang monoteistik sekaligus panteistik pun masih kuat dipercaya hingga saat ini.
Di eropa prinsip kesatuan universalitas semesta pada awalnya dimotori oleh phytagoreanisme. Sesungguhnya Phytagoras sendiri tidak menulis apapun di luar matematika, namun pengikutnya me-universal-kan prinsip-prinsip matematika nya dengan menyatakan bahwa alam semesta diatur oleh hukum-hukum universal matematika. Paham ini menghegemoni era pra-sokrates hingga kemudian muncul sokrates yang memberikan pandangan-pandangan lain.
Pikiran-pikiran sokrates diabadikan dan dikembangkan oleh Plato (atau Platon). Lantas pada generasi setelahnya, Aristoteles mendirikan madzhab lain. Alam pikir Yunani ini kemudian dibawa oleh murid Aristoteles bernama Alexander The Great dari Caledonia hingga ke Babilonia dan Mesir di mana dia medirikan Alexandria yaitu pusat kebudayaan Yunani. Kebudayaan Yunani ini disebut Helenic. Alexander berkuasa di sekitar tahun 300 sebelum masehi. Sokrates saat sebelum meminum racun atas hukumannya, ia memberikan pledoi yang diabadikan oleh muridnya, Plato. Disitu dia jelas menyebut bahwa Tuhan itu satu. Walaupun bangsa Yunani secara umum menganut politeisme, namun benarkah begitu? Aristoteles banyak merevisi pemikiran Plato. Atau mungkin lebih tepat melengkapi. Pada jaman ini banyak catatan tertulis yang bisa kita pelajari.
Sejak seperempat abad pertama tahun 300 an, penganut Kristen Arianisme mulai melakukan dispora ke luar mesir hingga masuk pada abad ke 7 dan 8 banyak komunitas Kristen Arian yang dilindungi oleh dinasti Umayah maupun Abasiyah. Terjadilah transliterasi besar-besaran helenisme Yunani ke dalam Bahasa arab. Projek transliterasi ini memuluskan jalan munculnya raksasa-raksasa pemikiran baru seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ghazali, Suhrawardi, Mulasadra, Ibnu Arabi, Ibny Rusyd, dll. Ibnu Sina secara orisinil memproduksi banyak sekali buku yang salah satunya menyediakan bukti filosofis eksistensi Tuhan yang pengaruhnya secara massif dirasakan di Eropa dan Asia. Efek filsafat nya ini lah yang memicu gelombang filsafat baru di Timur. Interaksinya dengan tassawuf dan mistik timur menghasilkan pemikir-pemikir semacam Suhrawardi Mula Sadra dan Ibnu Arabi.
Indonesia, seperti tercermin dalam kata dasarnya Indo (Hindu) dan Nesia (Nusa) banyak dipengaruhi oleh mistik Hindu (monism dan pantheism) dengan sangat mudah mencerap ajaran-ajaran mistik Timur tengah (Tauhid). Namun pada prinsipnya ada 3 jenis mistik yang terlihat mirip namun secara prinsipil berbeda:
1. Tuhan yang pasif dan tak terjangkau. Tuhan adalah lautan kesadaran yang tunggal, semua existensi adalah sekedar fenomena yang muncul pada kanvas kesadaran itu. Sedangkan objek yang disadari (noumena) tidak memiliki substansi. Dengan demikian , dalam memahami makna realitas, manusia hanya bisa menjangkau kehampaan.
2. Keberadaan (eksisteni) alam semesta atau mahluk, merupakan gradasi dari pancaran (isyraq) seluruh cahaya ilahi. Alam lahiriah merupakan tajali (manifestasi) cahaya ilahi yang paling rendah. Artinya alam semesta tetap merupakan sebuah keberadaan (eksistensi).
3. Tuhan yang aktif merupakan satu-satunya yang ada (eksis) sedangkan semesta material bukanlah eksistensi. Semesta material merupakan ilusi yang dengan meng-ignore nya (asketis) manusia dapat menjangkau eksistensi tunggal Tuhan.
Anehnya ke-3 hal di atas walaupun berbeda, sering diklaim dengan pernyataan yang sama secara keliru, yaitu manunggaling kawulo gusti. Padahal implikasi dari perbedaan di atas bersifat prinsipil. Melihat sejarah yang demikian, manakah prinsip ketuhanan yang dianut oleh Plato dan Aristoteles? Manakah prinsip ketuhanan yang dianut Hinduism dan Buddhism? Makakah prinsip yang dianut oleh Ibnu Sina dan Ghazali? Makanah prinsip yang dianut Syekh Siti Jenar dan Kalijaga? Perlu dibuat tulisan mendalam mengenai hal ini. Kapan-kapan kita ulas satu per satu.
-[]-
Genealogy Ketuhanan Asia.
Yang menarik dari hal ini adalah ketuaannya, umurnya. Karena peradaban tertua yang kita kenal dan masih ada bekas-bekasnya terletak di Asia tepatnya di Mesopotamia sekitar lembah tigris. Itu sekitar 10,000 tahun sebelum masehi. Lalu ada Babilonia sekitar 3,000 tahun sebelum masehi di tempat yang nyaris sama. Bersamaan dengan itu munculnya peradaban Mohenjo Daro dan Harapa di India, pun sekitar 3000 tahun sebelum Masehi.
Peradaban barat yang layak kita perhitungkan baru muncul sekitar 500 tahun sebelum masehi. Kita mengenal Heraclitus, Hipocrates dan Phytagoras hingga Aristoteles dan Alexander Agung. Pusat peradaban dunia pada saat itu . Lalu sekejap menghilang kembali di sekitar tahun 300 Masehi bersama dengan kemunculan Roman Katolik dan jaman kegelapan.
Eropa berada di jaman kegelapan selama lebih dari seribu limaratus tahun hingga 1700 dengan munculnya Renaissance.
Timur tengah tiba-tiba muncul menjadi pusat peradaban dunia dari abad 8 hingga abad 17. Pewarisan dan pengembangan filsafat klasik Yunani dan spiritualitas Timur berkembang pada saat ini. Nusantara sendiri, di luar kontroversi pra sejarahnya, memasuki jaman sejarah sekitar tahun 400 masehi dan mengalami jaman puncak pada tahun 1400 - 1500 an dan lantas hancur bersamaan dengan kebangkitan Eropa di tahun 1700 an.
Sejarah kadang tampak seperti permainan zero sum game. Permainan dimana jika ada yang menang maka harus ada yang kalah. Permainan dimana total keseluruhan tetap saja 0. Jika sebuah bangsa menjadi maju, tampaknya bangsa lain mesti surut kebelakang. Namun benarkah begitu?
Lantas dimana kita bias melacak jejak-jejak Tuhan dari perjalanan sejarah itu? Tidaklah mungkin sebuah kebudayaan besar bisa berdiri tanpa konsep ketuhanan yang kuat pula. Walaupun saat ini muncul gerakan New Atheist yang mengklaim bahwa Tuhan tidak diperlukan dalam kebudayaan namun toh fakta sejarahnya tidak demikian. Mohenjo Daro dan Harapa tumbuh bersama dengan Hinduisme yang menjaga system sosialnya. Interaksi social yang diatur melalui system kasta dan kepercayaan terhadap reinkarnasi memastikan kebudayan ini hidup hingga ribuan tahun. Memberikan tatanan (order) dan rasa kepastian yang kuat hingga saat ini. Ketuhanan dengan prinsip monisme yang monoteistik sekaligus panteistik pun masih kuat dipercaya hingga saat ini.
Di eropa prinsip kesatuan universalitas semesta pada awalnya dimotori oleh phytagoreanisme. Sesungguhnya Phytagoras sendiri tidak menulis apapun di luar matematika, namun pengikutnya me-universal-kan prinsip-prinsip matematika nya dengan menyatakan bahwa alam semesta diatur oleh hukum-hukum universal matematika. Paham ini menghegemoni era pra-sokrates hingga kemudian muncul sokrates yang memberikan pandangan-pandangan lain.
Pikiran-pikiran sokrates diabadikan dan dikembangkan oleh Plato (atau Platon). Lantas pada generasi setelahnya, Aristoteles mendirikan madzhab lain. Alam pikir Yunani ini kemudian dibawa oleh murid Aristoteles bernama Alexander The Great dari Caledonia hingga ke Babilonia dan Mesir di mana dia medirikan Alexandria yaitu pusat kebudayaan Yunani. Kebudayaan Yunani ini disebut Helenic. Alexander berkuasa di sekitar tahun 300 sebelum masehi. Sokrates saat sebelum meminum racun atas hukumannya, ia memberikan pledoi yang diabadikan oleh muridnya, Plato. Disitu dia jelas menyebut bahwa Tuhan itu satu. Walaupun bangsa Yunani secara umum menganut politeisme, namun benarkah begitu? Aristoteles banyak merevisi pemikiran Plato. Atau mungkin lebih tepat melengkapi. Pada jaman ini banyak catatan tertulis yang bisa kita pelajari.
Sejak seperempat abad pertama tahun 300 an, penganut Kristen Arianisme mulai melakukan dispora ke luar mesir hingga masuk pada abad ke 7 dan 8 banyak komunitas Kristen Arian yang dilindungi oleh dinasti Umayah maupun Abasiyah. Terjadilah transliterasi besar-besaran helenisme Yunani ke dalam Bahasa arab. Projek transliterasi ini memuluskan jalan munculnya raksasa-raksasa pemikiran baru seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ghazali, Suhrawardi, Mulasadra, Ibnu Arabi, Ibny Rusyd, dll. Ibnu Sina secara orisinil memproduksi banyak sekali buku yang salah satunya menyediakan bukti filosofis eksistensi Tuhan yang pengaruhnya secara massif dirasakan di Eropa dan Asia. Efek filsafat nya ini lah yang memicu gelombang filsafat baru di Timur. Interaksinya dengan tassawuf dan mistik timur menghasilkan pemikir-pemikir semacam Suhrawardi Mula Sadra dan Ibnu Arabi.
Indonesia, seperti tercermin dalam kata dasarnya Indo (Hindu) dan Nesia (Nusa) banyak dipengaruhi oleh mistik Hindu (monism dan pantheism) dengan sangat mudah mencerap ajaran-ajaran mistik Timur tengah (Tauhid). Namun pada prinsipnya ada 3 jenis mistik yang terlihat mirip namun secara prinsipil berbeda:
1. Tuhan yang pasif dan tak terjangkau. Tuhan adalah lautan kesadaran yang tunggal, semua existensi adalah sekedar fenomena yang muncul pada kanvas kesadaran itu. Sedangkan objek yang disadari (noumena) tidak memiliki substansi. Dengan demikian , dalam memahami makna realitas, manusia hanya bisa menjangkau kehampaan.
2. Keberadaan (eksisteni) alam semesta atau mahluk, merupakan gradasi dari pancaran (isyraq) seluruh cahaya ilahi. Alam lahiriah merupakan tajali (manifestasi) cahaya ilahi yang paling rendah. Artinya alam semesta tetap merupakan sebuah keberadaan (eksistensi).
3. Tuhan yang aktif merupakan satu-satunya yang ada (eksis) sedangkan semesta material bukanlah eksistensi. Semesta material merupakan ilusi yang dengan meng-ignore nya (asketis) manusia dapat menjangkau eksistensi tunggal Tuhan.
Anehnya ke-3 hal di atas walaupun berbeda, sering diklaim dengan pernyataan yang sama secara keliru, yaitu manunggaling kawulo gusti. Padahal implikasi dari perbedaan di atas bersifat prinsipil. Melihat sejarah yang demikian, manakah prinsip ketuhanan yang dianut oleh Plato dan Aristoteles? Manakah prinsip ketuhanan yang dianut Hinduism dan Buddhism? Makakah prinsip yang dianut oleh Ibnu Sina dan Ghazali? Makanah prinsip yang dianut Syekh Siti Jenar dan Kalijaga? Perlu dibuat tulisan mendalam mengenai hal ini. Kapan-kapan kita ulas satu per satu.
-[]-
Komentar
Posting Komentar