Cinta 400 Tahun Sebelum Masehi


Suatu ketika berkumpul para bijak bestari.
Agathon, sang penyair Athena membuat persembahan,
Sukuran kemenangannya dalam sebuah lomba.
Diundangnya kawan kawannya
Socrates dan Plato muridnya
Lalu Phaedrus dan Aristophanes.
Juga Pausanias, sang jenderal Sparta.
Dan semua bicara tentang cinta.



Cinta adalah satu di antara yang paling tua,
Satu yang paling kuat di semesta.
Kata Phaedrus, penyair musuh sengit Plato.
Cinta mengubah orang biasa menjadi pahlawan,
Karena tak ada pecinta yang rela
jadi pengecut bagi kekasihnya.
Maka beri aku segerombolan pecinta,
maka kutaklukan dunia.



Aristophanes pun angkat bicara,
Seolah membuat syair dalam drama,
Katanya pria dan wanita dulunya satu juga,
Berwujud bagai bola, dua wajahnya.
Empat tangannya dan empat kakinya.
Kuat tiada tara, bergerak bagai kilat.
Meloncat dan bersalto dengan lincahnya.
Dan ketika hendak menguasai dunia,
Menyerang sorga dan para dewa,
Zeus mencegahnya. Dibelahnya jadi dua.
Agar jadi separo kekuatannya.
Agar jadi ganda pengorbanannya.
Sebelah pria,
Sebelah yang lain jadi wanita.
Dan mulai detik itu juga,
Keduanya menderita dalam keterpisahan.
Merana dalam kerinduan.
Mengharapkan pertemuan.
Selamanya.



Lantas bedirilah sang Guru,
Sang bijak yang tak pernah beralas sepatu.
Socrates sang mata air yang tak pernah kering.
Katanya,
Cinta adalah kehausan akan keindahan abadi.
Sehingga pria dan wanita rindu bersatu,
agar tertanam benih keabadian dalam tubuh yang fana.
Keturunan dan pewarisan.
Tak ada yang lebih indah dari cinta yang nyata.
Tak ada yang lebih benar dari keindahan yang nyata.
Dan jalan itulah jalan cinta.
Begitu katanya.



Dan para bijak bestari,
Terus berbincang dalam anggur dan hujan kata kata.
Dan ketika semua tewas dalam pesta,
tiga orang sisanya, Aristophanes, Agathon dan Socrates.
Sang guru berkata sebelum teguk terakhir untuk Dionysus,
sang dewa anggur.
Dia berkata:
Penulis komedi yang baik,
Juga penulis tragedy yang baik.



Dan honey,
Hingga belakangan ini aku baru paham.
bagaimana  tenunan cinta, komedi dan tragedy berkelindan.

Apakah Socrates berkata untuk kita?



Jakarta 3 Agustus menjelang Jumatan.





Komentar

Postingan Populer