Kaki Revolusioner

painting by Shyborg



Masih ingat kakiku yang patah itu?
Ya, sejam lalu dia bertanya padaku,
kemana bidadari yang lembut merawatku? 
Begitu tanyanya.
Aku kaget.
Ini kali pertama kakiku bertanya,
sedikit protes nadanya.

Hei kaki, kenapa kau?
Aku balik bertanya.
Beraninya kau protes pada tuanmu,
begitu kataku.

Kakiku bersungut,
hmmm kau tuan yang lalim, katanya.
Aku yang membawamu kemana mana
entah berapa kali aku membawamu
pada bidadari lembut itu.
Dan aku hanya rindu.
Tapi kau Tuan tak peduli mauku.

Aku kaget,
sejak kapan kakiku bisa mendebatku.
Patah pula dia juga.
Tapi rupanya sedikit pintar ternyata.

Eehhhh kataku terbata.
Apa tuan salah memperlakukannya?
Lalim juga pada bidadari lembut rupa?
Lalu aku beringsut.
Dan kujawab,
Kayanya iya.
Pelan pelan saja kujawab.
Aku dungu ternyata.

Dan kakiku marah tak terkira,
perih linu terasa.
Dia membentakku,
Jika kau tak menemukannya
aku mau bikin revolusi 
tak mau menuruti mu lagi.

Aku kaget lagi.
Dan sedikit ngeri.
Apa maksudnya dia mau patah lagi?
Stroke? Lumpuh?
Atau sekedar linu linu dan perih itu?

Eehhhh lagi lagi aku terbata 
Kuelus kakiku dengan lembut,
kubilang padanya,
jangan khawatir 
kau tak sendiri
aku pun rindu tak terperi.

Diam diam aku tahu
bahwa kakiku tak tahu
bahwa aku tak tahu
kalau bidadari lembut itu
masih mau sudi ketemu
walau untuk sekali waktu.



Jakarta, setengah jam sebelum 30 Agustus.



Komentar

Postingan Populer