Waktu Adalah Tiran
Siapa sangka waktu adalah tiran
bisa saja ia membingkai pertemuan
yang tak mungkin dilupakan.
Tiran yang tak bisa dibantah
mencengkeram leherku
dengan kerinduan yang tak berbatas.
Waktu adalah Manikmaya
bertangan empat.
Satu tangannya menanami dadaku dengan cinta,
satu tangan menyiraminya.
satu tangan menyiraminya.
Dua tangan lainnya menelikung
mengikat tanganku dengan takdir.
Dan waktu memang tiran.
Dia berjalan seenak perutnya sendiri.
Tak peduli,
berapa lama aku mesti menunggu
rindu yang menuntut dituntaskan.
Tapi sini!
Biar beradu,
karena kepalaku dari batu.
Jakarta 24 Agustus
Sehari lalu terlewat tanpa sajak.
Komentar
Posting Komentar