Batu Bata Epistemologi

The Thinker, a statue by Rodin



Gara-gara nulis coret-coretan semalam di kereta, aku jadi ingat beberapa hal yang menyenangkan seputaran Estimologi. Kadang begitu, setelah nulis jadi keingat hal lain yang kelihatannya asik untuk ditulis dan dari pada lupa mendingan ditulis saja. Pas mendekati Gambir terbangun terus gatal menulis lagi. Kalau mau baca ini, sebaiknya baca tulisan sebelumnya dulu.

Buat aku sendiri, epistemology kontemporer tidak terlalu menarik. Karena setelah menjadi sains sekuler, metoda ilmiah menjadi garing. Terasa mekanistik saja. Lebih enak dan imajinatif rasanya kalau kita bicara estimologi dalam wilayah filsafat klasik.

Dulu jaman klasik Yunani, filsafat dibagi dalam 3 wilayah yaitu Etika, Epistemologi dan Metafisika. Namun pendapat lain mengatakan Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi. Mirip-mirip lah sebenernya. Aku lebih suka pembagian yang kedua, karena toh Epistemologi dalam bentuknya mencapai pengetahuan tentang baik dan buruk lah yang melahirkan Etika.

Yang paling menarik adalah beberapa pernyataan Plato dalam beberapa diskusi. Misalnya dia mengatakan bahwa konsep adalah unit terkecil pengetahuan. Jadi batu bata yang membangun pengetahuan adalah konsep. Dan bahwa yang disebut "pemikiran", sejatinya adalah dialog jiwa dengan dirinya sendiri.

Hal ini sinkron dengan pembelaannya kemudian bahwa "mengetahui" pada hakikatnya adalah "mengingat". Jiwa sudah memperoleh pengetahuan itu sebelum dilahirkan, dan yang kita lakukan semata-mata di alam ini adalah "mengingat" yang kita sudah tahu. Sebenarnya Socrates lah yang membuat pernyataan itu. Bagi Socrates, jiwa dilahirkan ke dunia ibarat berlian yang jatuh ke lumpur. Hanya perlu dibersihkan saja, dia akan bersinar kembali seperti asalnya. Ini lah proses mengingat, yaitu mendapatkan kembali pengetahuannya.

Plato adalah murid Socrates. Plato lah yang menuliskan banyak sekali peninggalan Socrates. Yang paling terkenal, saya rasa, adalah cerita Socrates dalam pledoi nya sebelum meminum racun hukuman mati, mengenai Atlantis kota yang hilang. Dan Plato menuliskannya.

Sudah mulai ngantuk ternyata. Jam 06.18. Kapan-kapan kita sambung lagi. Luv u.



Jakarta, 23 Sept 2018
Tapi rasanya aku ngga akan tidur dulu, siapa tau ada kabar dari kamu. Aku tungguin ah, kangen.


Komentar

Postingan Populer