DiaLoGue Dua Nostril

Jangan anggap coret moret ini sebagai sajak. Sama sekali bukan. Dia hanya cerita sekedarnya, yang dialami semua orang. Mungkin.

Semua orang mengalami saat mengantuk dan perlahan kita masuk ke alam tidur. Saat apa yang nyata dan alam mimpi mulai berbaur. Saat nafas mulai teratur. Kau akan mengalami hal hal ajaib.

Saat itu desis udara terdengar lirih pada kedua nostril. Seperti suara angin pada daun daun. Seolah lubang hidung saling berbisik. Sssttt... ssttt... semacam itu bunyinya, mungkin mereka tidak berbisik, sekedar mengingatkan bahwa tuannya belum sepenuhnya tidur. Jangan mengorok duluan ataupun membuat gaduh. Takut mengagetkan tuannya yang hampir tidur lantas bangun kembali. Dan tidak ada satu pihak pun, aku dan kedua lubang hidung, menghendaki aku bangun lagi.

Dan pada itu nyaris saja aku tidur, saat mendengar suara “ssstt... hei...”. Sungguh aku kira aku sudah mimpi. “Yaaa...” sahut satu suara yang lain. “Aman?” Kata suara pertama. Aku mulai bingung. Suara suara itu tidak pas dengan mimpiku. Ah aku lupa, lagi mimpi apa saat itu. Yang aku ingat suara itu tidak sinkron dengan mimpiku, semacam lipsync yang gagal, out of sync jadinya, seperti memutar Youtube dengan bandwidth yang terlalu kecil.

“Dia sudah tidur kah?” Kata satu suara.
“Dia siapa maksudmu?” Kata suara yang lainnya.
Aku benar benar curiga saat itu, bahwa itu bukan suara dari mimpiku. Dan pasti bukan lah kata hati. Konyol kalau hatiku berdialog begitu, seperti sinetron saja.

Aku mulai khawatir kamarku berhantu. “Dia si dungu bos kita” Kata suara pertama. “Ohh dia.. kayaknya sudah lah. Kalau matanya sudah tertutup seperti itu dan bergerak gerak begitu, artinya lagi mimpi. Tak perlu Lo bisik bisik” kata suara kedua. Pada detik ini aku suara itu jelas sekali, tak berbisik atau bergumam. Tidak Juga mendesis.

Sumpah aku sekarang jadi benar benar curiga kamar ini berhantu. Suara suara yang jelas, tanpa orang di sana. Tapi aku juga tak mau repot repot membuka mata untuk cari tahu. Alasannya jelas, kalau aku membuka mata, maka kemungkinannya aku akan melihat hantu dan itu pasti tidak menyenangkan. Alasan kedua adalah aku sudah mengantuk. Sangat mengantuk. Setelah kerja seharian, rasanya pantas aku dapat hadiah berupa istirahat yang baik, yang cukup dan bermutu.

"Gue kangen" kata satu suara. Aneh suara itu terasa dekat dengan telingaku. "Kangen apaan Lo?" timpal yang lain. "Gue kangen dengan satu harum. Suatu wangi wangian yang lembut, dan nafas dewi dewi" Kata suara pertama menambahkan. "Lo tau, sebagai lubang hidung, Gue hanya tau bau wangi nya, hangat nafasnya, tapi tak tau rupanya.".

Apaan ini? lubang hidungku ngobrol? apakah lubang hidung kanan ngobrol dengan lubang hidung kiri? Sampai di sini mimpiku yang baru setengah main jadi kacau.

"Iya" yang satu menimpali. Mungkin dia, yang ngomong barusan adalah lubang hidung kanan. Yang ngoceh terus terusan tadi adalah lubang hidung kiri. Dari asal suaranya keliatannya begitu.

"Iya… Kita paling dirugikan" lubang hidung kanan menambahkan. "Kau tau, kita lubang hidung hanya mencium bau-bauan." Tapi yang menikmati paras si wangi adalah si Mata, dan yang mengenali lembut bibir si wangi adalah si Maulut. "Kita? hmm.. hanya mencium wanginya."

"Aku ingat wangi nya, ya Lo benar, si wangi pasti cantic sekali. Tapi mata si boss lah yang menikmatinya" kata lubang hidung kanan.




(bersambung)








Komentar

Postingan Populer