Kemana Angin Itu Pergi

Christ In The Storm, by Rembrandt



Kadang hidup seperti menarik kita berlari.
Setidaknya itu pikirku.
Seperti memaksa menyeret untuk berpikir
setelah terjadi
untuk lalu kita pahami
dan bukan sebelumnya.

Bagaimana kita mengerti
jika memang belum dialami
karena teori-teori itu sungguh
hanya membantu memahani kenyataan
yang harus jadi nyata terlebih dulu.
nyata terjadi
dan bukan sesuatu yang hayali.

Kita pernah bicara dalam emosi
sentiment yang meninggi
tentang kesalahan, penyakit dan penyesalan.
Selamanya kau bukan bagian macam itu dari hidupku
Selamanya kau adalah bagian yang aku sukuri
Selamanya kau adalah bagian dari jiwa masa tua
yang tau apa yang kita berdua maui.

Saat lain kau mengatakan menyesal
dan kita adalah langkah salah
dan kini layar kita tak berkembang
entah kemana angin itu pergi
sementara kita tetap mencinta dalam gelap
meraba angin yang entah mengapa diam.

Aku tak tau apa yang terjadi
entah gelombang hatimu yang menyurut
atau perahuku tak layak dinaiki
atau perjalanan ini tak lagi menarik hati.
pernah aku tanya tentang yang nyata dan yang maya
dan kau bilang yang kau rasa sungguh nyata.
Jika kini anginmu berhenti berhembus dan layar tak lagi berkembang,
bimbang,
lalu apa yang sebenarnya terjadi?



Bandung 17 Des 2018
mencoba memahami retak retak di tanah yang aku pijak



Komentar

Postingan Populer